Dinasti Chin (221-27 SM)

Tiga puluh tahun setelah Dinasti
Chou berakhir, negara vassal Chin di bawah pimpinan Cheng berhasil menaklukkan
6 negara vassal yang lain, dan selanjutnya mendirikan Dinasti Chin. Setelah
berkuasa, Cheng menggunakan gelar Shih Huang Ti. Raja Cheng menganggap dirinya
lebih kuat dari Tiga Raja dan Lima Kaisar. Untuk menunjukkan kebijaksanaan dan
kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti, dalam gelar ini terhimpun gelar
Tiga Raja dan Lima Kaisar tersebut. Sebutan Huang Ti pada umumnya sama dengan
Kaisar.
Dinasti Chin penting dalam
Sejarah Cina karena dinasti inilah yang berhasil mencetuskan sistem
pemerintahan kekaisaran yang dapat berlangsung sampai awal abad ke-20. Di bawah
pemerintahan Shih Huang Ti, seluruh wilayah Cina berhasil dipersatukan.
Shih Huang Ti memegang
pemerintahan sejak usia 13 tahun. Salah satu keberhasilannya adalah ia dapat
mempersatukan seluruh Cina. Keberhasilan Shih Huang Ti ini dipengaruhi oleh
wilayah Dinasti Chin yang terletak di antara Shensi dan Kansu, letak ini
memungkinkan Dinasti Chin mudah menyerang tetapi sulit untuk diserang. Selain
itu karena ia mempunyai banyak ahli tata negara yang pandai seperti Hertog Mu
dan Hertog Hsiao.
Dinasti Chin dibangun di atas
konsepsi ajaran golongan legalitas di bawah pimpinan Perdana Menteri Shang
Yang, sehingga Kerajaan Chin menjadi kuat. Pada 214 SM, Dinasti Chin berhasil
mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien, dan Kwangtung sampai Sungai Merah di
Indocina. Kemudian pada 215 SM, ekspansi dilanjutkan ke daerah Hunan, Szechuan,
Kwelchow, bahkan sampai ke Korea.
Penasehat utama Kaisar Shih
Huang Ti adalah Li Ssu, murid dari Shun Tze. Yang diingat Li Ssu dari ajaran
gurunya, hanyalah bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya
buruk dan ia berharap untuk memperbaiki sifat tersebut dengan memberikan
hukuman-hukuman yang berat.
Tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh Shih Huang Ti:
1.
Membangun Tembok Besar yang
terkenal dengan nama The Great Wall, Tembok Raksasa atau Wan Li Chang Cheng
untuk menahan serangan bangsa barbar (bangsa Hsiung Nu). Panjang tembok ini
kurang lebih 10.000 li atau 6.450 km. Tembok ini dibangun memanjang dari barat
daya yaitu dari wilayah Kansu, melintasi Sunga Hoang Ho dan masuk wilayah
Mongolia Dalam, menembus ke arah selatan ke Shensi dan Hopei dan membelok ke
arah timur sampai ke Teluk Liaotung di Lautan Pasifik.
2.
Menghapuskan feodalisme dan
membentuk pemerintahan yang bersifat sentralisasi.
3.
Mengadakan pembakaran terhadap
buku-buku kuno karya Kung Fu Tze kecuali buku tentang pertanian, pengobatan,
dan ramalan.
4.
Penyeragaman tulisan di Cina.
5.
Penyeragaman ukuran, timbangan,
perkakas pertanian, ukuran roda dan sebagainya.
6.
Membangun jalan raya, jembatan,
dan saluran air.
7.
Benteng-benteng yang tidak
digunakan di daerah dimusnahkan agar tidak terjadi pemberontakan.
Pada 210 SM Shih Huang Ti
meninggal dunia. Ia meninggal dalam perjalanan. Meninggalnya kaisar
dirahasiakan selama rombongan belum sampai di istana, karena dikhawatirkan akan
timbul pemberontakan akibat masa pemerintahannya yang penuh kekejaman. Untuk
mengelabui masyarakat, seorang hamba istana didudukkan di kereta tertutup yang
memuat peti jenazah kaisar, selama perjalanan ia berlaku sebagai Shih Huang Ti
dengan memberikan jawaban atas laporan para opsir.
Sebelum Shih Huang Ti
meninggal, ia telah menulis surat yang mengangkat Fu Ssu, puta sulungnya
sebagai penggantinya. Namun, pada saat itu timbul komplotan yang terdiri dari
Li Ssu (penasehat utama Shih Huang Ti) dan Chao Kao yang membuat surat palsu.
Surat palsu tersebut ditujukan kepada Fu Ssu, agar ia bunuh diri. Selanjutnya
komplotan ini mengumumkan sabda kaisar palsu, yang mengangkat Hu Hai, putra
kedua kaisar sebagai pengganti Shih Huang Ti. Hu Hai memegang pemerintahan
dengan gelar Erl Shih Huang Ti yang berarti kaisar kedua. Pemakaian gelar
tersebut sebenarnya didasarkan atas perintah Shih Huang Ti yang ingin melihat
sejarah Cina dimulai dari kejayaannya sebagai kaisar pertama. Kemudian
dilanjutkan anaknya sebagai kaisar kedua, cucunya sebagai kaisar ketiga, dan
seterusnya.
Dalam hal pembawaan dan
kesombongan, Erl Shih Huang Ti mempunyai kemiripan dengan ayahnya. Namun, ia
tidak cakap dalam hal pemerintahan, bahkan ada di bawah pengaruh komplotan Chao
Kao dan Li Ssu. Akhirnya timbul kekacauan di Istana akibat pemalsuan Surat
wasiat. Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti Meng Tien dan
Li Ssu. Bersamaan dengan kekacauan ini, muncul pemberontakan yang dipimpin Chen
She. Latar Belakang dari pemberontakan ini adalah rombongan mereka datang
terlambat untuk membuat tembok di daerah utara. Padahal ada sanksi, siapa yang
datang terlambat akan dijatuhi hukuman. Sebelum hukuman dijatuhkan rombongan
ini memutuskan untuk memberontak terlebih dahulu. Pemberontakan ini akhirnya
dapat diredam.
Pada 207 SM Erl Shih Huang
Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkatlah cucu Shih Huang Ti
yaitu Tze Ying. Tze Ying mengetahui perbuatan Chao Kao yang keji, ia akhirnya
memutuskan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Situasi kerajaan
semakin bertambah kacau karena hal ini. Kekacauan ini dimanfaatkan oleh
pemberontak untuk merebut tahta kerajaan.
Pemberontakan di bawah
pimpinan Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan membunuh Tze Ying. Dengan
meninggalnya Tze Ying, maka berakhirlah Dinasti Chin yang hanya bertahan selama
15 tahun setelah Shih Huang Ti meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar