Selasa, 01 Maret 2016

Dinasti chin

Dinasti Chin (221-27 SM)

Tiga puluh tahun setelah Dinasti Chou berakhir, negara vassal Chin di bawah pimpinan Cheng berhasil menaklukkan 6 negara vassal yang lain, dan selanjutnya mendirikan Dinasti Chin. Setelah berkuasa, Cheng menggunakan gelar Shih Huang Ti. Raja Cheng menganggap dirinya lebih kuat dari Tiga Raja dan Lima Kaisar. Untuk menunjukkan kebijaksanaan dan kepandaiannya ia menggunakan gelar Huang Ti, dalam gelar ini terhimpun gelar Tiga Raja dan Lima Kaisar tersebut. Sebutan Huang Ti pada umumnya sama dengan Kaisar.
Dinasti Chin penting dalam Sejarah Cina karena dinasti inilah yang berhasil mencetuskan sistem pemerintahan kekaisaran yang dapat berlangsung sampai awal abad ke-20. Di bawah pemerintahan Shih Huang Ti, seluruh wilayah Cina berhasil dipersatukan.
Shih Huang Ti memegang pemerintahan sejak usia 13 tahun. Salah satu keberhasilannya adalah ia dapat mempersatukan seluruh Cina. Keberhasilan Shih Huang Ti ini dipengaruhi oleh wilayah Dinasti Chin yang terletak di antara Shensi dan Kansu, letak ini memungkinkan Dinasti Chin mudah menyerang tetapi sulit untuk diserang. Selain itu karena ia mempunyai banyak ahli tata negara yang pandai seperti Hertog Mu dan Hertog Hsiao.
Dinasti Chin dibangun di atas konsepsi ajaran golongan legalitas di bawah pimpinan Perdana Menteri Shang Yang, sehingga Kerajaan Chin menjadi kuat. Pada 214 SM, Dinasti Chin berhasil mengadakan ekspansi ke Chekiang, Fukien, dan Kwangtung sampai Sungai Merah di Indocina. Kemudian pada 215 SM, ekspansi dilanjutkan ke daerah Hunan, Szechuan, Kwelchow, bahkan sampai ke Korea.
Penasehat utama Kaisar Shih Huang Ti adalah Li Ssu, murid dari Shun Tze. Yang diingat Li Ssu dari ajaran gurunya, hanyalah bagian yang menyatakan bahwa sifat manusia pada dasarnya buruk dan ia berharap untuk memperbaiki sifat tersebut dengan memberikan hukuman-hukuman yang berat.
Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Shih Huang Ti:
1.       Membangun Tembok Besar yang terkenal dengan nama The Great Wall, Tembok Raksasa atau Wan Li Chang Cheng untuk menahan serangan bangsa barbar (bangsa Hsiung Nu). Panjang tembok ini kurang lebih 10.000 li atau 6.450 km. Tembok ini dibangun memanjang dari barat daya yaitu dari wilayah Kansu, melintasi Sunga Hoang Ho dan masuk wilayah Mongolia Dalam, menembus ke arah selatan ke Shensi dan Hopei dan membelok ke arah timur sampai ke Teluk Liaotung di Lautan Pasifik.
2.       Menghapuskan feodalisme dan membentuk pemerintahan yang bersifat sentralisasi.
3.       Mengadakan pembakaran terhadap buku-buku kuno karya Kung Fu Tze kecuali buku tentang pertanian, pengobatan, dan ramalan.
4.       Penyeragaman tulisan di Cina.
5.       Penyeragaman ukuran, timbangan, perkakas pertanian, ukuran roda dan sebagainya.
6.       Membangun jalan raya, jembatan, dan saluran air.
7.       Benteng-benteng yang tidak digunakan di daerah dimusnahkan agar tidak terjadi pemberontakan.
Pada 210 SM Shih Huang Ti meninggal dunia. Ia meninggal dalam perjalanan. Meninggalnya kaisar dirahasiakan selama rombongan belum sampai di istana, karena dikhawatirkan akan timbul pemberontakan akibat masa pemerintahannya yang penuh kekejaman. Untuk mengelabui masyarakat, seorang hamba istana didudukkan di kereta tertutup yang memuat peti jenazah kaisar, selama perjalanan ia berlaku sebagai Shih Huang Ti dengan memberikan jawaban atas laporan para opsir.
Sebelum Shih Huang Ti meninggal, ia telah menulis surat yang mengangkat Fu Ssu, puta sulungnya sebagai penggantinya. Namun, pada saat itu timbul komplotan yang terdiri dari Li Ssu (penasehat utama Shih Huang Ti) dan Chao Kao yang membuat surat palsu. Surat palsu tersebut ditujukan kepada Fu Ssu, agar ia bunuh diri. Selanjutnya komplotan ini mengumumkan sabda kaisar palsu, yang mengangkat Hu Hai, putra kedua kaisar sebagai pengganti Shih Huang Ti. Hu Hai memegang pemerintahan dengan gelar Erl Shih Huang Ti yang berarti kaisar kedua. Pemakaian gelar tersebut sebenarnya didasarkan atas perintah Shih Huang Ti yang ingin melihat sejarah Cina dimulai dari kejayaannya sebagai kaisar pertama. Kemudian dilanjutkan anaknya sebagai kaisar kedua, cucunya sebagai kaisar ketiga, dan seterusnya.
Dalam hal pembawaan dan kesombongan, Erl Shih Huang Ti mempunyai kemiripan dengan ayahnya. Namun, ia tidak cakap dalam hal pemerintahan, bahkan ada di bawah pengaruh komplotan Chao Kao dan Li Ssu. Akhirnya timbul kekacauan di Istana akibat pemalsuan Surat wasiat. Chao Kao membunuh pembantu-pembantu Shih Huang Ti seperti Meng Tien dan Li Ssu. Bersamaan dengan kekacauan ini, muncul pemberontakan yang dipimpin Chen She. Latar Belakang dari pemberontakan ini adalah rombongan mereka datang terlambat untuk membuat tembok di daerah utara. Padahal ada sanksi, siapa yang datang terlambat akan dijatuhi hukuman. Sebelum hukuman dijatuhkan rombongan ini memutuskan untuk memberontak terlebih dahulu. Pemberontakan ini akhirnya dapat diredam.
Pada 207 SM Erl Shih Huang Ti dibunuh oleh Chao Kao. Sebagai penggantinya diangkatlah cucu Shih Huang Ti yaitu Tze Ying. Tze Ying mengetahui perbuatan Chao Kao yang keji, ia akhirnya memutuskan untuk membunuh Chao Kao beserta keluarganya. Situasi kerajaan semakin bertambah kacau karena hal ini. Kekacauan ini dimanfaatkan oleh pemberontak untuk merebut tahta kerajaan.
Pemberontakan di bawah pimpinan Hsiang Yu berhasil memasuki istana dan membunuh Tze Ying. Dengan meninggalnya Tze Ying, maka berakhirlah Dinasti Chin yang hanya bertahan selama 15 tahun setelah Shih Huang Ti meninggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar